Umumnya traveler mengetahui Museum Sumpah Pemuda yang ada di Kramat Raya 106 Jakarta. Di Trowulan Mojokerto ada destinasi menarik berupa 'Rumah Panggung' saat Mahapatih Gajah Mada mengucapkan 'Sumpah Amukti Palapa'.
Sekitar 600 tahun yang lalu, sebelum peristiwa pembacaan Sumpah Pemuda tahun 1928 itu. Di Kota Mojokerto, Jawa Timur pernah juga terjadi peristiwa besar di bumi tercinta kita ini.
Sejarah mencatat peristiwa itu sebagai Sumpah Palapa. Pembacaan sumpah ini dilakukan oleh mahapatih Kerajaan Majapahit bernama Gajah Mada.
Sumpah Palapa dibacakan Patih Gajah Mada saat upacara pengangkatan. Ketika itu beliau diangkat sebagai Patih Amangkubhumi tahun 1258 saka atau 1336 masehi.
Kira-kira bunyi Sumpah Palapa yang dibacakan oleh sang mahapatih yang kini namanya diabadikan menjadi universitas ternama di Jawa Tengah itu adalah berikut ini "Sebagai Patih Amangkubhumi Gajah Mada pantang meninggalkan puasa sampai daerah-daerah di nusantara berhasil dikalahkan (dipersatukan),"
Beliau baru melepaskan puasa setelah berhasil mempersatukan daerah-daerah taklukan. Daerah tersebut antara lain, Gurun (Nusa Penida), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kerajaan Tanjung Pura, Ketapang, Kalimantan Barat), Haru (Karo/Sumatera Utara), Pahang (Semenanjung Melayu), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik (Singapura).
Sampai saat ini bukti kebesaran Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada masih bisa traveler saksikan di Kota Trowulan, Mojokerto. Situs-situs yang ada di Trowulan menyimpan hampir 80 persen kejayaan masa silam Kerajaan Majapahit.
Bila Anda atau pelancong lainnya kebetulan berkesempatan mengunjungi Kota Mojokerto tidak ada salahnya mampir di Kota Trowulan. Kota ini diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit waktu itu.
Dari Kecamatan Driyorejo-Gresik, kami berjalan menuju Kecamatan Krian-Sidoarjo. Ada beberapa desa yang masih harus kami lewati hingga sampai terminal Kota Mojokerto yaitu, Balung Bendo, Ngoro.
Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke arah Kota Jombang melewati Brangkal, Sooko. Hingga akhirnya kami sampai di Jatipasar, Trowulan. Di perempatan jalan besar Trowulan, traveler bisa melihat plang penunjuk jalan. Plang ini akan menuntun Anda hingga sampai ke situs-situs purbakala yang akan Anda kunjungi.
Tempat sang Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukthi Palapa itu berada di Desa Nglinguk, Trowulan-Mojokerto. Masih satu lokasi dengan Pendopo Agung yang menjadi tempat pertemuan dan berkumpulnya pembesar Majapahit. Tepatnya berada di belakang tempat berkumpul pembesar Majapahit ini. Tidak jauh dari perempatan jalan besar Trowulan.
Ada layanan kendaraan ojek yang akan mengantar traveler menuju kawasan situs Pendopo Agung. Saat dilakukan penelitian dulu ditemukan banyak batu umpak (batu tumpuan) yang terbuat dari batu andesit.
Batu umpak ini diperkirakan menjadi pondasi bangunan (pendopo) saat Kerajaan Majapahit masih berdiri. Sebagian batu umpak dijadikan batu pondasi saat renovasi pembangunan Pendopo Agung.
Pihak Kodam V Brawijaya menjadikan situs Pendopo Agung Majapahit ini sebagai inspirasi dan spirit perjuangan mereka. Relief-relief cantik dan nama-nama Pangdam mulai yang pertama sampai sekarang dilukiskan di bagian belakang Pendopo Agung.
Di sebelah barat Pendopo Agung traveler bisa saksikan adanya tonggak atau tiang batu andesit. Warga sekitar menamakannya "cancangan gajah" atau tiang untuk mengikat hewan gajah.
Kebetulan saat kami berkunjung ke sana, jatuh pada hari biasa. Tidak banyak pengunjung atau wisatawan yang datang. Sepinya pengunjung menambah suasana angker Rumah Panggung itu. Umumnya pengunjung hanya melihat-lihat pendopo agung. Mereka berfoto ria di antara replika arca Raden Wijaya dan Gajah mada.
Pepohonan rindang yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun menciptakan suasana teduh sekaligus menyeramkan. Ada banyak makam berserakan di kanan kiri menuju 'Rumah Panggung', tempat Gajah Mada memekikkan 'Amukthi Palapa' itu.
Saat kami memasuki situs tampak beberapa lelaki sedang tidur di lantai halaman depan Rumah Panggung. Kepulan asap dan sisa bau hio masih tercium oleh hidung kami. Mungkin semalam para lelaki ini habis melaksanakan ritual di makam Raden Wijaya
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar